.:bunda:.

Menurut Anda, diantara beberapa profesi berikut, manakah yang paling butuh persiapan?
Pengacara.
Dokter.
Ilmuwan.
Politikus.
Pengusaha.


Ibu.

Ibu??? yap Ibu!

Bagi saya, profesi yang paling berat dan butuh persiapan matang adalah seorang Ibu. Seorang wanita, dipersiapkan sedari kecil, dan akan terus ber’sekolah’ seumur hidupnya untuk menjadi seorang Ibu. Semua yang ia lihat, ia pelajari, akan ia berikan pada anak-anaknya kelak. Ia akan menjadi karyawan sukarela seumur hidup.

Dulu saya selalu bertanya pada diri sendiri, kenapa saya begitu antusias untuk bisa menguasai banyak hal. Berenang, menjahit, menyulam, bikin kue, les bahasa ini dan itu, dapat mengendarai sepeda-motor-mobil, bahkan instalasi listrik, dll. Atau kenapa saya begitu antusias memperbanyak pengalaman, rafting, caving, naik-turun gunung, pergi ke tempat baru(dengan atau tanpa teman), dan tidak pernah berhenti memiliki impian-impian.

Mengapa?? Saya selalu bertanya. Apakah kelak saya akan punya profesi yang butuh semua kemampuan ini?? Karena saya termasuk orang yang percaya bahwa ilmu atau pengalaman itu tidak akan pernah sia-sia, entah sekarang atau nanti, pasti akan ada manfaatnya. Dan akhir-akhir ini tiba-tiba terpikir, ya, inilah maknanya.

Maka itu, menurut saya, menjadi seorang perempuan, haruslah menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Bagaimana akan melarang anak kebut-kebutan, padahal Ibunya ga bisa naik motor, dan ga tau asyiknya mengendarai kendaraan dalam kecepatan tinggi??
Bagaimana melarang anak naik gunung, padahal Ibunya selangkah pun tidak pernah menginjakkan kakinya di gunung manapun? Atau minimal Ibu tau dengan mencari, membaca dan bertanya.
Bagaimana mengarahkan anak untuk tidak memakai narkoba, jika sang Ibu sendiri tidak pernah aktif mencari tau apa bahayanya narkoba.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, akan ada pendekatan dan ilmunya, tentunya sesuai dengan taraf ilmu dan dedikasi Si orang tua pula. Menjadi orang tua, kita akan menjadi tim penilai. Menganalisa kira-kira anak kita akan mampu ikut kegiatan ini atau tidak, baikkah berteman dengan orang ini atau tidak. Memberi penilaian yang objektif. Dan apapun hasil penilaian itu, agar jangan sampai merugikan Sang Anak sendiri.

Seorang Ibu harus canggih, bisa pake google, atau rajin baca koranlah minimal. Seorang Ibu harus pintar. Jika bisa memiliki Ibu yang bisa mencapai doktor, kenapa tidak mungkin anaknya akan terpacu juga.

Dan menurut saya, orang tua haruslah kaya, atau setidaknya membiarkan uang bekerja untuk mereka (bukan mereka menjadi budak uang), agar dapat membiayai kehidupan, termasuk didalamnya pendidikan anak setinggi mungkin. Tentu, bukan tidak mungkin agar dapat membaktikan uangnya dalam kegiatan sosial. Berbagi dengan sesama.

Kenapa dari tadi saya tidak menyebut-nyebut ‘profesi’ istri?
Karena kita wanita, adalah Ibu bagi siapapun, bukan hanya anak-anak kandung kita. Kita ikut bertanggung jawab untuk memberi pendidikan dan contoh teladan yang baik bagi setiap orang. Sedangkan istri, tentu kita tidak bisa menjadi ‘istri bagi semua orang’ kan? 🙂

Menjadi Ibu, tidak akan pernah mudah. Ia akan menjadi guru dan teman selama 24 jam non stop. Sekali kita lengah dan salah mengarahkan, anak-anak akan jatuh terperosok.
Menjadi Ibu, adalah tanggung jawab seumur hidup. Tidak akan ada kata “saya lelah menjadi Ibu, mengurusi ini dan itu, saya mau libur dulu”.
Menjadi Ibu, adalah salah satu bagian dari madrasah seumur hidup, yaitu kehidupan itu sendiri. Profesi yang mulia ini janganlah dijadikan profesi sampingan, dimana porsinya sebagian besar digantikan oleh baby sitter atau pembantu.
dan satu lagi, menjadi Ibu, adalah karunia terbesar yang dianugrahkan Allah kepada seluruh perempuan di muka bumi ini, maka hargailah itu.

15 Tanggapan so far »

  1. 1

    Ah, saya suka postingan yang satu ini,,, ^_^

  2. 2

    christin said,

    *nyari2 tombol “like” kayak di fesbuk * 😆

    he eh betul. ini profesi fulltime nirlaba yang gak ada duanya. aaahhh tengkyu postingannya.

  3. 4

    afie said,

    hohoho..postinganmu berat buuw…..
    *bikin pengen cepet2 jadi ibu…….haaaaaaa…dziiiiiig!!!!! 😀

  4. 6

    soleman said,

    Ya ibu 3x disebut lalu ayah. Hanya saja kita tdk mgkin ideal krn tidak ada yg sempurna dlm hidup ini.. Dan khilaf snantiasa ada.. Prsiapn matang dlm krangka mdidik anak, bnar. Hanya bila plg berat, sulit dbandingkan dg profesi, krn pembanding ibu brarti ayah sj. Mgkin pasnya prlu prjuangn yg lebih dlm kondisi/hal trtentu.
    Krn bila dmikian, bagimana misalnya kita brpendapat pd seorang ibu rumah tangga, ada suami. Lalu seorang ayah, single parent.

    • 7

      ardhanareshwari said,

      Betul. Hanya saja tulisan ini memang dipersempit, hanya sebatas Ibu saja. Yang pasti untuk mencapai sesuatu yg ideal, kita harus membuat standar. Bisa atau tidaknya memenuhi standar itu tentu tergantung usaha dan banyak faktor lainnya, termasuk takdir tentunya 🙂

  5. 8

    crizosaiii said,

    postingan paten, wind! 😀

    • 9

      ardhanareshwari said,

      Semua wanita bisa menjadi Ibu, tapi belum tentu bisa menjadi Ibu yang baik! *berat bgt kata2nya* ^.^

  6. 10

    fitri said,

    Mbak Dewi…. aku mampir…. nah kan pasti ga inget, yang kemarin mampir ke kantor Pak Husnun… 🙂

  7. 12

    Sydvoice said,

    Keep on writing Win….
    Dengan menulis terkadang kita akan menemukan menemukan dan menelurkan apa yang terkadang menurut kita unreachable…

    • 13

      ardhanareshwari said,

      Saya mau bilang : terima kasih atas semangatnya!!
      Takkan gelap hari, selama dian menyala dalam hati.
      Kita harus selalu berpikir positif dan optimis, ya kan ^_^

  8. 14

    Amel said,

    menggugah Win , thx ^^


Comment RSS

Tinggalkan komentar